KORDINAT.CO, Kutai Timur – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdibud) Kutai Timur (Kutim) menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang membahas pendirian museum di Kutai Timur, acara tersebut dibuka secara resmi Bupati Kutai Timur ( Kutim), Ardiansyah Sulaiman. Kegiatan berlangsung di Ruang Pelangi Hotel Royal Victoria Sangatta, Selasa (25/6/2024).
Dalam sambutannya, Ardiansyah menekankan pentingnya melestarikan dan mendalami budaya lokal. Beliau menyatakan bahwa “budaya seni cagar budaya itu sangat universal”. Ardiansyah juga menjelaskan mengenai rumah adat Kutai Melayu yang memiliki kesamaan dengan rumah adat Melayu di Sumatera, serta kemiripan dalam seni tari, seperti Tari Jepen di Kutai yang mirip dengan Tari Japin di Sumatera.
Lebih lanjut, Bupati Ardiansyah menyoroti keragaman bahasa Melayu yang memiliki banyak dialek di berbagai wilayah, termasuk di Kalimantan. Dia menekankan pentingnya penelitian lebih mendalam untuk memahami sejarah dan keunikan bahasa serta budaya Kutai Sangatta, yang hingga kini belum sepenuhnya dipahami.
“Khusus Kutai Timur mungkin segera didalami, karena ada hal yang menarik untuk khas Kutai Sangatta. Karena sampai sekarang pun bahasa Kutai Sangatta saya belum tahu,” ungkapnya.
Ardiansyah juga memberikan apresiasi kepada para peneliti yang telah banyak membantu dalam penelitian budaya Kutai. Dia menyebutkan penemuan arkeologi penting di Karst Mangkalihat Sangkulirang, yang menunjukkan adanya jejak manusia sejak 30.000 tahun sebelum Masehi.
“Artinya, manusia tertua salah satu di antaranya ada di Karst Mangkalihat,” ujarnya.
Bupati menegaskan bahwa pendirian museum sangat penting sebagai bentuk penghargaan terhadap sejarah dan budaya Kutai Timur.
“Saya mengapresiasi dan bahkan sangat mendorong untuk segera berdirinya museum. Museum yang ada di Sangatta atau di Kutai Timur ini sebagai bentuk daripada kita menghargai, ya, memberikan pemahaman kepada generasi sampai kapanpun, bahwa inilah Kutai Timur,” jelasnya.
Selain itu, Ardiansyah mengingatkan tentang pentingnya menjaga identitas budaya agar tidak hilang.
“Manakala kita keliru memahami budaya kita, ya bisa jadi nanti kita kehilangan identitas,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati dan lingkungan di Kutai Timur yang masih memiliki hutan tropis yang luas.
Acara FGD ini dihadiri oleh beberapa perwakilan dari Perangkat Daerah (PD) terkait, serta menghadirkan dua narasumber yaitu Hamdani dari Dewan Kesenian Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dan Budi H dari Balai Kelestarian Kebudayaan wilayah 14 Kaltim-Kaltara.(ADV)